Anto Narasoma
*SI FLAMBOYAN, CHAIRIL ANWAR*
_*SELAIN puisi, dunia paling dekat dengan Charil Anwar adalah wanita. Pria flamboyan Chairil, banyak mengencani wanita, termasuk wanita cantik Hapsah yang ia jadikan istri*_.
————-
Begitu populernya kiprah laki-laki play boy ini, sehingga Hapsah dinikahi Chairil Anwar meski usia pernikahan itu tidak terlalu panjang, namun dari wanita ini, Chairil memiliki seorang anak, Evawani Chairil Anwar.
Selain itu, penyair Indonesia terkemuka ini sangat cerdas meskipun tingkat pendidikannya tidak terlalu tinggi. Namun yang membanggakan, Chairil menguasai tiga bahasa, yakni, bahasa Inggris, Jerman, dan Spanyol.
Tak heran apabila Chairil mampu mengapresiasi puisi-puisi dunia, karena penguasaan bahasa asing yang ia kuasai.
Chairil Anwar lahir di Medan pada 26 Juli 1922. Sebagai penyair terkemuka di Indonesia, Charil Anwar telah menulis sekitar 95 tulisan termasuk di antaranya 70 puisi.
Dari sisi penyajian, bahasa puisi Chairil sangat berbeda dibanding puisi-puisi penyair di zamannya. Makanya dalam sastra Indonesia, karya-karya puisi Chairil Anwar dikatagorikan sebagai bentuk pembaruan.
Terkait masalah itu, dalam antologi puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, maka HB Jassin menetapkan dirinya sebagai pelopor angkatan ’45 dan dinyatakan sebagai bentuk puisi modern Indonesia.
*Pendidikan*
Terkait debutnya dalam sastra Indonesia, Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang cerdas. Meski strata sekolahnya hanya pas-pasan, namun Charil menguasai bahasa Inggris, Jerman, dan bahasa Spanyol.
Ia hanya mengenyam pendidikan di _Hollandsc-Inlandsche School_(HIS) dan _Meer Uidgebreid Lager Onderwijs_(MULO). Namun sekolahnya di MULO tidak menamatkan pendidikannya.
Chairil Anwar merupakan penyair Angkatan ’45. Ia sangat dikenal sebagai penyair *”Binatang Jalang”* melalui puisinya “Aku”.
Ia sangat toleran dan ramah tamah dalam pergaulannya sehari-hari. Karena itu banyak wanita yang ia kencani, sangat merindukan si Binatang Jalang ini.
Sebagai penyair Chairil Anwar banyak melahirkan.karya dengan tema beragam. Puisi-puisi bertema kematian, individualisme, dan eksensialisme itu, sangat dikenal masyarakat.
Si “Binatang Jalang” ini pernah bekerja sebagai penyiar Radio Jepang di Jakarta saat pendudukan Jepang di Indonesia.
Karena kepiawannya menulis puisi, Chairil Anwar dianugerahi Bhagasasi Award dari Pengurus Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB). Bekasi Award ini satu bentuk kepedulian dan perhatian dari DKB terhadap karya besar Charil Anwar.
Chairil mengenal sastra (puisi) ketika ia berusia 19 tahun. Di usia inilah yang terus menggali segala kemampuannya.
Namanya mulai dikenal ketika tulisannya dimuat di Majalah Nisan tahun 1942. Selama berkarir di dunia sastra, ia menciptakan karya (puisi) fenomenal, di antaranya puisi *Karawang Bekasi* dan puisi *Aku*.
Banyak yang bertanya, mengapa rumah tangga Chairil tidak berlangsung lama meski sudah dikaruniai anak?
Penyebabnya adalah karena sikap Chairil Anwar yang tak pernah berubah meski buah hatinya itu hadir untuk menguatkan cinta dan rumah tangga mereka.
Sikap seenaknya itulah yang membuat rumah tangganya hancur. Akhirnya, pada usia 27 tahun, Chairil meninggal dunia. Dari catatan yang diperoleh, penyair flamboyan itu meninggal karena dia mengaidap penyakit TBC.
Kehidupan Chairil Anwar begitu singkat. Namun karya-karya sangat melekat di jiwa masyarakat, terutama bagi pecinta sastra.
Karya Chairil Anwar banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan bahasa Spanyol. Sebagai tanda penghormatan kepadanya, di kawasan Jakarta dibangun patung Chairil Anwar sebatas dada. Bahkan para pengagumnya menjadikan hari kematiannya sebagai Hari Charil Anwar.
Karya-karya Chairil Anwar dikompilasi ke dalam tiga buku, yakni, *Deru Campur Debu* (1949), *Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus*(1949), serta *Menguak Takdir*.
Sesangkan buku kompilasi puisi *Menguak Takdir* (1950) ini merupakan kumpulan puisi bersama Asrul Sani Rivai Apin. Buku telah diterjemahkan HB Jassin ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan bahasa Spanyol.
Dengan diterjemahkannya puisi-puisi Chairil Anwar ke dalam tiga bahasa asing, maka nama dan kualitas puisinya sangat dikenal masyarakat luar.
Memang, sejak berusia 15 tahun, Chairil Anwar mempunyai tekad keras untuk menjadi seniman berkualitas. Karena kebiasaannya membaca ketika kecil, membuat Chairil mampu menulis sastra dan mengirimkannya ke berbagai majalah.
Penyair flamboyan ini terus menulis setelah mengirimkan karyanya di tahun 1942. Justru namanya mulai dikenal masyarakat.
Dari sejumlah puisinya yang sering dibacakan pembaca puisi dalam lomba baca puisi adalah puisi bertajuk Aku dan Karawang-Bekasi.
Bahkan, selain.menulis puisi, Chairil juga kerap menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia.
Begitu hebat frekuensi Chairil di dalam dunia sastra, sehingga ia diminta bekerja sebagai redaktur budaya di Siasat “Gelanggang” dan Gema Suasana.
Untuk membantu mengembangkan kualitas para seniman, Chairil Anwar mendirikan *Gelanggang Seniman Merdeka*. Banyak seniman yang bergabung bersama Chairil untuk membangkitkan nilai-nilai estetika di dalam diri mereka.
Kreativitas Chairil Anwar patut diberi apresiasi. Selain cerdas, gagasannya dalam sastra sangat baik. Satu contoh, karena suasana kerjanya tidak memuaskan hatinya, akhirnya Chairil Anwar mengundurkan diri.
Meski sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai redaktur di majalah *Gema Suasana*, namun inisiatif dan kreativitasnya sebagai penyair, Chairil Anwar pun bekerja pengasuh rubrik kebudayaan di majalah Gelanggang bersama Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin.
Bahkan Chairil Anwar juga berencana untuk mendirikan majalah budaya *Air Pasang* dan majalah *Arena*. Namun rencana itu belum terwujud, Chairil Anwar meninggal dunia.
Terkait sudah lama tidak mendengar kabar tentang perkembangan Chairil Anwar, ayahnya Toeloes bin Haji Manan, menitikkan air mata. Ayah Chairil Anwar ini dari Payakumbuh, Sumatera Barat.
Namun ketika ayahnya bertemu Buya Hamka, ayahnya mendapat kabar bahwa kondisi Chairil sudah sangat baik. Bahkan dijelaskan Hamka bahwa Chairil sudah bekerja sebagai redaktur di satu perusahaan penerbitan (majalah).
Mendengar kabar itu, Haji Toeloes yang bekerja sebagai _amtenar_ atau pegawai negeri di jaman Belanda itu, menitikan air mata. Sedih dan gembira menyelimuti perasaannya.
Sebagai seorang ayah, Haji Toeloes menginginkan agar Chairil Anwar bisa menjadi orang yang berhasil di Jakarta. Maka mendengar kabar anaknya dari Buya Hamka, Haji Toeloes bangga dan senang sekali. Karena itu kebanggaannya terwujud lewat titikan air mata haru. Ah, Chairil, ucap ayahnya.
Toeloes merupakan Bupati Rengat pada zaman Republik 1948. Ibunya bernama Zaleha dan dipanggil Mak Leha. Ketika dinikahi Toeloes, status Mak Leha adalah janda beranak satu.
Setelah Mak Leha dan Chairil Anwar pergi ke Jarkata, Toeloes kawin lagi. Ia menikahi Ramadhana yang juga seorang janda beranak satu. Ramadhana dipanggil Mak Dona.
Dari Mak Dona, ayah Chairil Anwar memperoleh empat anak, antara lain, Nini Toeriza, Toehilwa, Toewilhi, dan Toechairiyah.
Ayah Chairil sangat keras mendidik anak-anaknya. Saat Chairil pergi ke Jakarta, dengan tegas ayahmya meminta agar penyair ini tetap melanjutkan pendidikannya. Ayahnya akan mengirimkan uang untuk biaya sekolahnya. Jika Chairil Anwar berhenti sekolah, ayahnya juga akan menghentikan pengiriman uangnya.
Dalam aksi polisionil Belanda pada 5 Januari 1949 di Rengat, ayah Chairil tewas ditembak Belanda. Mendengar kabar itu, Chairil sangat sedih, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Setelah tiga bulan dari kejadian penembakan ayahnya, Charil Anwar pun meninggal dunia pada 28 April 1949.
Selama menikah dengan Hapsah, Chairil memang belum memiliki pekerjaan tetap. Ia menikahi Hapsah, anak Haji Wiriaredjo di Kerawang.
Dalam pernikahannya dengan Hapsah pada 6 September 1946, Chairil memiliki anak, Evawani Alissa, yang akrab dipanggil Eva. Anak wanitanya ini lahir 17 Juni 1947.
Entah, tak diketahui alasannya, pernikahan Chairil dan Hapsah tidak berlangsung lama. Akhirnya ia bercerai dengan Hapsah. Dalam perpisahan itu, Eva dibawa Hapsah pergi.
Namun sebelunya, Chairil Anwar pernah jatuh cinta.kepada Sumirat, gadis Jawa dari Ngawi, Jawa Timur. Sumirat anak Haji Wiriaredjo.
Karena status Chairil Anwar tidak jelas, maka ayah Sumirat, menentang hubungan Chairil-Sumirat, karena status pekerjaan Chairil Anwar yang tak jelas dan dinilai pengangguran, Haji Wiriaredjo tak setuju jika Chairil menikahi putrinya. (data dari berbagai sumber)
Anto Narasoma
0813 6745 9281
Jalan Bendung Dalam Gang Pulau No. 020/153 RT 36 RW 09 Kelurahan 8 Ilir Kwcamatan Ilir Timur III Palembang Sumatera Selatan