Anto Narasoma
*MELAYU : ISLAM, ADAT, DAN TRADISINYA*
*KESANTUNAN sikap di dalam pergaulan masyarakat Melayu, tampaknya lebih dikedepankan*.
——————
Bagi masyarakat Melayu di Kalimantan Barat, misalnya, membawa senjata (tajam) sebagai personal, tabu untuk dilakukan, kecuali dibawa ke ladang atau berkebun.
Mengapa begitu? Inilah etika yang selalu terjaga sesuai tradisi masyarakat Melayu.
Hidup dalam tradisi kesantunan di masyarakat, memang harus menanamkan sikap yang saling menghargai antarsesama.
Bagi masyarakat Melayu, membawa senjata tajam di lingkungan masyarakat dinilai tidak pantas. Sebab selain dipantangkan, membawa senjata (tajam) tidak sesuai dengan norma kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu.
Sebab persepsi penduduk Melayu menyelipkan sepucuk senjata ke pinggang dinilai sungguh memalukan.
Dari landasan kehalusan budi itulah masyarakat Melayu selalu bertutur setelah segala persoalan dipikirkan terlebih dahulu, baru diungkap.
Bagi orang Melayu, ke luar rumah merasa sangat tak pantas membawa sebilah pedang atau sepucuk pisau di pinggangnya.
Kesantunan perilaku semacam ini menjadi landasan sikap yang turun-temurun diikuti generasi selanjutnya.
Norma-norma yang baik ini tercermin dari perilaku santun sehari-hari. Sebab kepatuhan hidup dalam norma-norma yang baik, menjadi prioritas utama sebagai sikap luhur bagi orang Melayu.
Di mana bumi diinjak, di sana langit dijunjung. Artinya, di negeri mana pun orang Melayu merantau, mereka akan mematuhi tradisi setempat.
*Hindi dan Budha*
Sebelum kedatangan Islam di tanah Melayu, kebudayaannya dibangun di atas nilai-nilai tradisi keseharian masyarakatnya.
Karena itu sikap eksis masyarakat Melayu Pelalawan, bersumber dari kepercayaan tradisional yang berbaur dengan ajaran Hindi dan Budha.
Nilai-nilai akulturasi itulah yang membentuk adat istiadat dan tradisi masyarakat Melayu yang berlandas dengan kaidah Islam, adat, dan tradisi.
Suku Melayu merupakan kelompok etnis di wilayah *Austronesia*. Eksistensinya menempati kawasan timur Sumatera, semenanjung Malaka, dan beberapa wilayah di Pulau Kalimantan.
Jika kita telusuri, kelompok etnis ini bisa dijumpai di beberapa kepulauan kecil yang tersebar di berbagai wilayah itu.
Wilayah persebaran suku Melayu di kawasan ini, sekarang kerapkali disebut sebagai dunia Melayu. Sebab tradisi kesantunan masyarakatnya sangat dikenal masyarakat luar.
Kita bangga atas penyebaran itu. Meski dari nilai bahasa, tata cara kehidupan, namun kesamaan satu dengan yang lainnya masih terjaga dengan baik.
Karena itu kehadiran orang-orang Melayu di lingkungan suku luar (maksudnya bukan orang Melayu) setempat, bisa hidup rukun dan saling menghargai.
Maka wilayah itu saat ini disebut sebagai negara Malaysia, Indonesia (Sumatera bagian timur dan selatan, serta pesisir Kalimantan), bagian selatan Thailand (Pattani, Satun, Songkhla, Yala, Narathiwat), Singapura, dan Brunei Darussalam.
Karena penyebaran suku Malayu begitu meluas, terjadi perubahan dari striktur bahasa, kebudayaan, kesenian, serta keberagaman sosial –subkelompok– turunan bangsa Melayu.
Karena keberadaan suku Malayu ini menyebar ke berbagai penjuru, sehingga terjadi bentuk asimilasi yang mewarnai adanya perubahan corak bahasa, tradisi keseharian dari keturunan Melayu di kawasan Asia Tenggara Maritim.
Secara historis, populasi suku Melayu merupakan turunan langsung dari orang-orang suku Austroasiatik Austronesia yang menuturkan bahasa Melayik.
Dari perkembangan yang terjadi, suku Melayu memang piawai menjalin kontak bahasa, perdagangan dengan kerajaan, kesultanan, atau kontak dengan pemukiman tertentu, terutama dengan Kerajaan Brunei, Kedah, Langsuka, Gangga Negara, Chi Tu, Nakhon Sithamarat, Pahang, Melayu, dan Kerajaan Sriwijaya.
Dalam perkembangan sejarah orang-orang Melayu, terjadi revolusi besar-besaran terhadap sejarah bangsa Melayu, ketika abad ke-15 didirikan Kesultanan Malaka.
Perubahan itu terjadi karena Kesultanan Malaka membawa perubahan yang signifikan pada nilai-nilai kebudayaan Melayu. Dampak baiknya, Kesultanan Melaka akhirnya meraih kejayaan yang sangat membanggakan masyarakat Melayu.
Dari catatan yang ada, suku Melayu sangat dikenal sebagai pedagang lintas perairan, dengan karakter budaya yang dinamis.
Orang-orang Melayu sangat pandai menyerap, berbagi, dan menyalurkan sekian banyak keunikan budaya dari kelompok etnik lain, seperti kebudayaan Minang dan Aceh. (*)
– *dari berbagai sumber*
Palembang
19 Juni 2023